• Home
  • About
  • Wattpad
    • Darkness Betrayal
Diberdayakan oleh Blogger.

SPEAK NOW



Ironis
Ya, dunia ini sungguh ironis dengan segala kehablurannya
Membiaskan cahaya bermakna ambigu
Membuat aku teersesat di antara persimpangan jalan

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Aku membuka kelambu dan masuk kedalam kenyamanan kasurku. Memejamkan mataku, merasa dikuasai oleh rasa lelah setelah seharian mendampingi Hades. Lamarannya berputar di kepalaku berkali kali.
Hades bukan pria yang baik untuk semua orang. Jiwanya sudah segelap Tartarus, begitulah kabar burung yang beredar. Tak pernah dia berbelas kasih kepada roh roh yang datang ke Underworld. Egois dan tak berperasaan. Dia menculikku, dan menebar pesonanya padaku hingga aku terjerat. Dan aku tak bisa menghindar dari perangkapnya yang manis ini.
Aku terus bergelung dalam kasurku, memikirkan matang matang semua pilihan yang ada. Dan ternyata, yang ada hanyalah tak-ada-pilihan. Memang benar kata Hades, ibuku jelas akan menolak bila ia datang kepadanya dan mengatakan ingin menikahiku, tapi itu kan yang selalu di lakukan ibuku kepada setiap pria yang mendekatiku? Jadi buat apa aku memikirkan pendapat ibuku?
“..Berhentilah memikirkan pendapat orang lain, bahagiakanlah dirimu sendiri terlebih dahulu”
Kata kata Hades terngiang di benakku. Selama ini aku bahagia bersama ibuku. Dia memberi segala yang aku mau, kecuali cinta dari lawan jenis. Ia ingin agar aku selalu menjadi miliknya. Dan Hades menawarkan kebahagiaan yang aku dambakan itu, dengan penuh resiko tentu.
Cintakah aku padanya? Ya, aku mencintainya. Sejujurnya aku bahagia di sini, bersamanya. Mulut pembualku awalnya mengatakan kalau aku tak yakin aku akan bahagia di sini. Semakin bergulirnya waktu, aku semakin tak yakin kalau aku tak bisa bahagia di sini.
Aku seperti memiliki dua kepribadian dan dua jiwa dalam satu tubuh. Dilema antara tetap tinggal atau kembali, yang menyiksaku semakin dalam.
“Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi.”
Hades tak akan membiarkanku menolak lamarannya atau melepaskanku ke upperworld. Membuat harapanku dapat kembali semakin sempit. Menjalin hubungan dengannya sebagai kekasih tak sesulit menjadi pengantin abadinya. Haruskah aku korbankan kemerdekaanku atas upperworld demi dapat berdampingan dengan pria yang aku cintai?

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

“Bodohkah aku yang hanya berusaha menjagamu agar tetap di sisiku?” Hades memejamkan matanya dan menarik nafas pelan, meresap aroma rambutku perlahan dari balik punggungku. Aku masih memainkan jariku di rambutnya, menikmati hela nafasnya di tiap helai rambutku. Kita terlihat seperti tanaman rambat yang sedang melilit satu sama lain, enggan saling melepaskan.
“Caramu yang aku sesalkan. Secara teknis aku ini kekasihmu, tak bisakah kita saling terbuka dan mengatakan hal apa adanya, semacam ‘Hai Persephone, bagaimana kalau kita menengok ibumu yang sedang sekarat menantimu’? atau apa pun yang kau mau, terserah padamu. Tapi jangan bersikap kekanakan dengan menyimpan semua rahasia seorang diri.” Aku menggumam.
“Aku tidak berjanji aku akan membocorkan semua rahasiaku kepadamu. Kecuali kau memenuhi satu syaratku” Hades berkata dengan datar sambil terus menyisir jarinya di antara jalinan rambutku.
Aku memutar bola mataku dengan sengaja, bahkan aku harap Hades melihatnya. “Apa yang kau mau?” Aku mendesah, ini lebih mirip menjalin hubungan dengan seorang  anak kecil yang tidak mau kalah dan menyebalkan ketimbang dengan penguasa dunia kematian.
“Aku tahu kau memutar bola matamu, kau akan dapat hukumamu nanti.” Hades mengencangkan satu tangannya yang berada di pinggangku.
“Aku tak peduli dengan hukuman darimu. Beritahu saja apa syaratmu, Hades?”
Mulutnya melengkung ke atas, hingga matanya sedikit menyipit, “Menikahlah, denganku.”
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hades berdiri tegak di bibir sungai Acheron, anak sungai Styx yang mengalir langsung di sisi istana Hades. Hening dan hanya ada suara gemericik merdu suara aliran air sungai ini. Gemericik suaranya seperti melodi sendu, sesuai dengan julukan sungai kesedihan yang tersemat pada sungai ini. Aku mendekatinya, berdiri di belakang punggungnya yang menjulang.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Uuugh, ada apa ini? Kenapa rasanya sangat sempit dan sesak? Tidak lagi nyaman untuk tidur, dan aku rasa sudah tercukupi kebutuhanku akan tidur yang lelap. Aku membuka mataku dan memutar kepalaku kebelakang. Hades masih terlelap di balik punggungku sambil memelukku. Pantas saja begini sesaknya, dia memelukku seperti aku adalah kado ulang tahun pertamanya seumur hidup. Begitu erat dan posesif, melingkarkan kedua tangannya di atas perutku.
Aku melepas kedua tangannya, kemudian  membalik tubuhku perlahan, agar tidak membangunkannya. Suara nafasnya teratur dan tenang, wajahnya yang pucat terlihat datar, cenderung kekanankan. Jantungku mulai berdetak aneh dan menimbulkan perasaan nyeri yang nikmat keseluruh tubuhku. Aku tergoda untuk menelusuri wajahnya dengan ujung jemariku. Kuletakkan jari telunjukku ditulang pipinya. Bergerak perlahan berpindah menuju hidungnya, dan kembali ke kelopak matanya. Alisnya hitam lebat seperti rambutnya, dahinya seperti pualam. Tidak ada lagi kerutan disana seperti biasa. Kupindah jemariku menelusuri kembali tulang hidungnya, menuju bibir merahnya. Bibir itu sedikit membuka saat aku meletakan jariku di atasnya. Lembut dan ada kehangatan disana. Bibir yang dengan kurang ajarnya pernah mencuri ciuman pertamaku. Aku melepas jemariku dari wajahnya, tapi tak kulepas pandanganku dari wajahnya.
Inikah laki laki yang tulus mencintaiku?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Sejak kejadian kemarin aku berusaha untuk tidak berpapasan atau bertemu dengan Hades. Menghindarinya sebisa mungkin, sejauh mungkin. Belum tampak keberanianku untuk menghadapi daya pikat yang ada di mata dan wajahnya. Hidung dan dagunya. Oh, dan bibirnya. Hmm. Ku usir semua bayang peristiwa memalukan kemarin saat dia menciumku. Benar benar membuat perutku terasa berisi jutaan kupu-kupu.
Aku melamun sambil berkeliling di istana seorang diri. Benar benar suram tempat ini, walau begitu tetap terlihat kemegahan di setiap sudut dan guratan di dinding istananya. Langkahku terhenti di salah satu pintu yang terlihat berbeda dari pintu-pintu yang lain. Daun pintunya terbuat dari kayu yang tampak sangat kuat dan mengkilat. Berwarna kecoklatan dan berornamen klasik. Pahatan daun zaitun menghiasi pinggiran pintu ini. Sederhana tapi tetap memiliki nilai keindahan tersendiri. Gagang pintu ini berwarna keemasan, berbentuk lengkung dengan luwesnya. Penasaran, aku membuka pintu ini perlahan. Suara berderit pelan memecah keheningan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Di meja samping sudah tersedia anggur di cawan dan beberapa buah buahan. Aku lapar tapi aku menahan diri. Aku tahu, ini adalah makanan dunia bawah tanah. Bila aku memakannya maka selamanya aku tak akan bisa kembali ke dunia atas. Itu yang ibuku pernah ceritakan padaku. Aku hanya mengambil anggur tersebut dan meminumnya sampai habis. Kini perasaanku jauh lebih tenang.
Apa selanjutnya?

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Dingin sekali di sini.
Dimana aku?
Aku membuka mataku perlahan. Dan yang pertama kulihat adalah kelambu berwarna transparan di atas kepalaku. Demi Gaia, di mana aku sekarang? Aku ingin bangun tetapi badanku terlalu lemas.
Aku memperhatikan sekelilingku dari balik kelambu. Aku berada di suatu ruangan yang mungkin bisa disebut dengan kamar. Tempat ini remang remang karena hanya ada beberapa batang lilin berpendar dimeja dekat kasur dimana aku berbaring. Ada perapian didekat pintu namun tidak menyala dan hanya menyisakan beberapa onggok kayu bakar. Ada satu meja lagi di dekat perapian itu. Cermin besar bergabung bersama meja tersebut, sehingga nampak seperti meja untuk bersolek. Ada juga lemari yang cukup besar dan memiliki ukiran yang sangat rumit. Terlihat sangat megah dan mewah. Namun, secara keseluruhan, ruangan ini gelap dan suram. Seperti telah lama tidak dihuni.
Saat aku sedang mengedarkan pandangan mataku kesekeliling ruangan ini, tiba tiba pintu di ketuk dengan lembutnya. Jantungku melonjak. Astaga, siapa itu? Penculikku kah?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Ini benar benar hari yang sempurna untuk menikmati indahnya bumi. Sinar matahari sedang terasa begitu cerah. Pasti Helios sedang memiliki mood yang baik pagi ini. Kereta kencana emasnya telah diperbaiki oleh Hephaistos. Keretanya patah di bagian roda karena dipermainkan oleh beberapa Nimfa nakal. Hampir saja kereta itu ‘pensiun’ dari pekerjaannya sehari hari, mengantar Helios memandu matahari mengelilingi Gaia, sang bumi. Tak bisa dibayangkan bagaimana jika kereta kencana Helios benar benar tidak dapat digunakan lagi. Habislah dunia ini.
Aku berhenti melamunkan soal kereta kencana milik Helios dan mulai berjalan keluar dari kamar dan mengambil segelas air serta beberapa sendok madu di meja dapur. Lezat seperti biasa. Hmm. Bosan rasanya di rumah. Aku berjalan menuju jendela dan membukanya lebih lebar. Angin segar langsung meniup ramput di dahiku. Sepertinya akan menyenangkan kalau berjalan disekitar rumah. Aku berjalan menuju pintu depan rumah.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

About me

About Me

Early 20s weirdo. Quite Venomous.

Quote

"I believe that every saint has a past and every sinner has a future."
-Oscar Wilde

Google+

Mumarifah
Lihat profil lengkapku

Find Me

  • Goodreads
  • Youtube
  • Pinterest
  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook

Followers

Categories

Artikel Bharega Bledhugers Cerita bersambung Daily Story Inspirasi Karyaku Mitologi Yunani Poems Tutorial

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2016 (1)
    • ▼  Agustus (1)
      • It Is Good to be Back!
  • ►  2014 (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2013 (27)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (10)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (1)

Popular Posts

  • 9 Karakter Jahat Disney Setelah 'Dipermak'
    Ini bukan postingan asliku. Nemu nih di 9Gag . Tapi apa salahnya sharing kan, haha. Well, siapa sih, yang ngga kenal Disney? Disney telah ...
  • Terjemahan Bebas Puisi Paling Pedih (Saddest Poem) karya Pablo Neruda
     Malam ini aku mampu menulis larik-larik paling pedih Menulis, misalnya 'Malam runtuh dan bintang menggigil di kejauhan' ...
  • Ebook, kamu di mana?
      Katanya jaman sekarang cari apa pun di google bukan hal yang susah, Katanya di google apa aja ada. Tapi dari kemarin aku nyari Ebook n...
  • Like A Candle in the Wind
    Beberapa hari kemarin, guru bahasa inggrisku yang bernama Bu Ning memutarkan sebuah lagu di kelas untuk bahan latihan listening. Sesaat...
  • It Is Good to be Back!
    Selamat malam dunia! *ketawa genit* Rasanya ngenes juga liat blog ini amat sangat terlantar selama kurang lebih setahun belakangan. Sebenar...
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose