Underworld (Chapter 2)

by - 00.40.00


Dingin sekali di sini.
Dimana aku?
Aku membuka mataku perlahan. Dan yang pertama kulihat adalah kelambu berwarna transparan di atas kepalaku. Demi Gaia, di mana aku sekarang? Aku ingin bangun tetapi badanku terlalu lemas.
Aku memperhatikan sekelilingku dari balik kelambu. Aku berada di suatu ruangan yang mungkin bisa disebut dengan kamar. Tempat ini remang remang karena hanya ada beberapa batang lilin berpendar dimeja dekat kasur dimana aku berbaring. Ada perapian didekat pintu namun tidak menyala dan hanya menyisakan beberapa onggok kayu bakar. Ada satu meja lagi di dekat perapian itu. Cermin besar bergabung bersama meja tersebut, sehingga nampak seperti meja untuk bersolek. Ada juga lemari yang cukup besar dan memiliki ukiran yang sangat rumit. Terlihat sangat megah dan mewah. Namun, secara keseluruhan, ruangan ini gelap dan suram. Seperti telah lama tidak dihuni.
Saat aku sedang mengedarkan pandangan mataku kesekeliling ruangan ini, tiba tiba pintu di ketuk dengan lembutnya. Jantungku melonjak. Astaga, siapa itu? Penculikku kah?
“Persephone? Apa kau sudah sadar? Bolehlah aku masuk?”
Dari suaranya aku tahu bahwa dia adalah seorang laki laki. Aku ketakutan. Benar benar ketakutan. Siapa dia? Mau apa dia kemari? Aku diam dan tak menjawab panggilannya. Aku berusaha tidak mengelurkan suara saat aku mencoba duduk di tengah ranjang.
“Persephone? Aku mulai khawatir. Aku akan masuk sekarang.”
Oh tidak! Daun pintu terbuka secara tiba tiba. Samar samar aku bisa melihat sosoknya dari balik kelambu. Dia berperawakan tinggi dan berambut hitam legam. Dan di tangannya terdapat sula yang mempunyai dua cabang. Oh, Zeus. Sepertinya sekarang aku tahu siapa penculikku. Pemilik dwisula dan helm kegelapan.
Hades.
Tapi mau apa dia? Apa urusanku dengannya? Aku tak pernah bertemu dengannya tapi aku sering mendengar cerita tentangnya. Dia adalah raja dari dunia bawah. Penguasa dunia kematian yang tunggal. Saudara dari Zeus dan Poseidon.
Dia berjalan pelan mendekatiku. Aku mengkerut ketakutan. Apa yang dia mau dariku?
“Kumohon jangan takut padaku..” suaranya terdengar lirih saat sudah didekat kelambu ranjang ini. Aku tetap terdiam di atas ranjang. Tak tahu harus berbuat apa. “Persephone, izinkan aku membuka kelambu ini. Aku ingin memperkenalkan diriku.”
Aku tetap diam ketakutan dan tidak berbuat apapun. Akhirnya dia menghembuskan nafas berat dan membuka kelambu dengan perlahan.
Akhirnya aku melihat sosok penculikku seutuhnya. Wajahnya sungguh tampan walau kulitnya putih pucat karena tak pernah tersentuh matahari. Rambutnya tidaklah panjang, namun juga tidaklah pendek. Hidungnya begitu menarik dan bibirnya pun sungguh memikat. Keraguan muncul di benakku. Benarkah dia Hades?
“Persephone? bicaralah padaku, apa kau masih merasa tidak enak badan?” Dia bertanya dengan sungguh sungguh. Aku mengumpulkan keberanianku dan bertanya, “Siapa kamu? Mau apa kamu denganku?”
Ia tersenyum dengan sedikit kaku.
“ahh, maaf aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Hades. Dan kau pasti sudah pernah dengar cerita tentang siapa Hades itu.”
Aku menelan ludahku. “Ya, aku tahu siapa Hades itu. Tapi aku tak tahu apa yang ia mau dariku.”
“Aku ingin dirimu, Persephone. Aku menyukaimu sejak pertama aku melihat sosok menawanmu di Lembah Nysa. Rupanya Eros sedang mempermainkan panah tololnya padaku. Tapi aku tak meyesal. Aku tahu bahkan jika saat itu tak ada Eros aku tetap akan jatuh hati padamu.aku tahu kamulah yang paling tepat untukku.” Hades mejelaskan sambil memasukan jarinya kedalam rambutnya yang hitam legam.
Apa?! Eros! Kurang ajar dia! Seperti bisa membaca amarahku Hades menenangkanku, “Tolong jangan kau menyalahkan Eros, itu sudah tugasnya. Salahkan saja aku, aku yang membawamu kesini, tapi jangan tolak aku, Persephone. Aku benar benar menginginkanmu sampai aku mati, jika saja aku bisa mati.” Ia memohon padaku.
Aku benar benar bingung. Hades? Menginginkanku? Apa yang dia maksud.. dia mencintaiku pada pandangan pertama? Itu sangat gila! Bagaimanapun, Eros ada dibalik ini semua, aku akan mematahlan sayapnya kalau aku bertemu lagi dengannya. Aku bersumpah. Tiba tiba aku tersentak, bagaimana dengan ibuku? Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri? Zeus, lindungilah ibuku. Aku tak mampu membendung kesedihanku. Air mataku mulai menetes dan mengalir. Hades terkesiap dan tidak menduga kalau aku akan bersikap seperti ini. Ia duduk di tepi ranjang dan meletakan dwi sulanya di dekat meja. Ia mengulurkan tangannya padaku, mengusap air mataku dan membelai lembut wajahku.
“Demi Khaos, kau sungguh cantik Persephone.Berhentilah membuang air matamu. Aku tak mau kau terus bersedih” berkali kali ia bisikan kata itu. Hades mengecup pipiku dengan bibir merahnya. Aku terkesiap dan menarik wajahku dari jangkauan bibir dinginnnya.
“Aku masih tak mengerti. Tolong tinggalkan aku. Aku tak mau melihat wajahmu!”
Hades tersenyum kecut. Aku tahu aku telah melukai perasaannya. Tapi apa peduliku? Di sudah dengan egoisnya menculikku dan membawaku ke dunianya. Aku tak peduli dengannya. Aku kembali menangis. Hades hanya terdiam melihatku menangis dan mengusap kepalaku saat aku mulai berhenti menangis. Aku masih tersengguk saat ia mulai membuka mulutnya, “Persephone, aku mengerti kau masih sangat marah padaku. Maafkan aku,sungguh. Aku mencintaimu. Tolong terimalah aku suatu hari nanti.”
Aku diam saja dan menolak menatap matanya. Hades membuang nafas dan melepas tangannya dari kepalaku.dia mengalihkan pandangannya dan menerawang jauh. Entah apa yang ia pikirkan, aku tak faham.Rahangnya yang terpahat sempurna sedikit mengeras dan mengencang. Marahkah ia? tiba tiba dia bangkit dari ranjang dan terdiam sebentar. Aku tak dapat melihat ekspresi wajahya karena ia berdiri memunggungiku.
“Baiklah. Aku takkan akan memaksamu sekarang. Nikmati waktu istirahatmu. Anggaplah kau berada di rumahmu sendiri. Panggil aku bila kau menginginkan sesuatu.”
“aku ingin pulang, Hades. Kumohon”
“aku bisa mengabulkan segala permintaanmu. Tapi tolong jangan minta yang satu itu. Aku tak mau melepaskanmu.”
“Kau benar benar makhluk yang mengerikan, Hades. Egois dan tidak berperasaan.”
“Inilah aku Persephone. Jiwaku telah mati karena terlalu lama berada di Tartarus. Tapi kau telah membangkitkan gairah hidupku. Dan aku takkan melepaskanmu dari genggamanku.”
Setelah berkata seperti itu ia langsung berjalan menuju pintu, keluar dan menutup pintu itu. Aku kembali sendirian. Gelombang kesedihan melanda tubuhku. Menggulungku dalam pekatnya keputus asaan. Aku tak tahu apa yang harus aku perbuat.
Bagaimana keadaan ibuku? Aku menyesal sekali pergi terlalu jauh dan tidak mengindahkan nasihat ibuku. Apakah dia pergi mencariku? Oh, aku sungguh merindukannya. Apakah Moure memberitahu apa yang terjadi pada ibuku? Tahukah mereka kemana aku dibawa? Aku kembali menangis sembari memeluk bantal yang ada. Aku terus menangis histeris. Pikiranku sungguh kalut.

Bisakah aku kembali ke dunia atas?
*****
To be continued :)

You May Also Like

0 komentar

Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :)