Underworld (Chapter 2)
Dingin
sekali di sini.
Dimana
aku?
Aku
membuka mataku perlahan. Dan yang pertama kulihat adalah kelambu berwarna
transparan di atas kepalaku. Demi Gaia, di mana aku sekarang? Aku ingin bangun
tetapi badanku terlalu lemas.
Aku
memperhatikan sekelilingku dari balik kelambu. Aku berada di suatu ruangan yang
mungkin bisa disebut dengan kamar. Tempat ini remang remang karena hanya ada
beberapa batang lilin berpendar dimeja dekat kasur dimana aku berbaring. Ada
perapian didekat pintu namun tidak menyala dan hanya menyisakan beberapa onggok
kayu bakar. Ada satu meja lagi di dekat perapian itu. Cermin besar bergabung
bersama meja tersebut, sehingga nampak seperti meja untuk bersolek. Ada juga
lemari yang cukup besar dan memiliki ukiran yang sangat rumit. Terlihat sangat
megah dan mewah. Namun, secara keseluruhan, ruangan ini gelap dan suram.
Seperti telah lama tidak dihuni.
Saat
aku sedang mengedarkan pandangan mataku kesekeliling ruangan ini, tiba tiba
pintu di ketuk dengan lembutnya. Jantungku melonjak. Astaga, siapa itu?
Penculikku kah?
“Persephone?
Apa kau sudah sadar? Bolehlah aku masuk?”
Dari
suaranya aku tahu bahwa dia adalah seorang laki laki. Aku ketakutan. Benar
benar ketakutan. Siapa dia? Mau apa dia kemari? Aku diam dan tak menjawab
panggilannya. Aku berusaha tidak mengelurkan suara saat aku mencoba duduk di
tengah ranjang.
“Persephone?
Aku mulai khawatir. Aku akan masuk sekarang.”
Oh
tidak! Daun pintu terbuka secara tiba tiba. Samar samar aku bisa melihat
sosoknya dari balik kelambu. Dia berperawakan tinggi dan berambut hitam legam.
Dan di tangannya terdapat sula yang mempunyai dua cabang. Oh, Zeus. Sepertinya
sekarang aku tahu siapa penculikku. Pemilik dwisula dan helm kegelapan.
Hades.
Tapi
mau apa dia? Apa urusanku dengannya? Aku tak pernah bertemu dengannya tapi aku
sering mendengar cerita tentangnya. Dia adalah raja dari dunia bawah. Penguasa
dunia kematian yang tunggal. Saudara dari Zeus dan Poseidon.
Dia
berjalan pelan mendekatiku. Aku mengkerut ketakutan. Apa yang dia mau dariku?
“Kumohon
jangan takut padaku..” suaranya terdengar lirih saat sudah didekat kelambu
ranjang ini. Aku tetap terdiam di atas ranjang. Tak tahu harus berbuat apa.
“Persephone, izinkan aku membuka kelambu ini. Aku ingin memperkenalkan diriku.”
Aku
tetap diam ketakutan dan tidak berbuat apapun. Akhirnya dia menghembuskan nafas
berat dan membuka kelambu dengan perlahan.
Akhirnya
aku melihat sosok penculikku seutuhnya. Wajahnya sungguh tampan walau kulitnya
putih pucat karena tak pernah tersentuh matahari. Rambutnya tidaklah panjang,
namun juga tidaklah pendek. Hidungnya begitu menarik dan bibirnya pun sungguh
memikat. Keraguan muncul di benakku. Benarkah dia Hades?
“Persephone?
bicaralah padaku, apa kau masih merasa tidak enak badan?” Dia bertanya dengan
sungguh sungguh. Aku mengumpulkan keberanianku dan bertanya, “Siapa kamu? Mau
apa kamu denganku?”
Ia
tersenyum dengan sedikit kaku.
“ahh,
maaf aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Hades. Dan kau pasti sudah pernah
dengar cerita tentang siapa Hades itu.”
Aku
menelan ludahku. “Ya, aku tahu siapa Hades itu. Tapi aku tak tahu apa yang ia
mau dariku.”
“Aku
ingin dirimu, Persephone. Aku menyukaimu sejak pertama aku melihat sosok
menawanmu di Lembah Nysa. Rupanya Eros sedang mempermainkan panah tololnya
padaku. Tapi aku tak meyesal. Aku tahu bahkan jika saat itu tak ada Eros aku
tetap akan jatuh hati padamu.aku tahu kamulah yang paling tepat untukku.” Hades
mejelaskan sambil memasukan jarinya kedalam rambutnya yang hitam legam.
Apa?!
Eros! Kurang ajar dia! Seperti bisa membaca amarahku Hades menenangkanku,
“Tolong jangan kau menyalahkan Eros, itu sudah tugasnya. Salahkan saja aku, aku
yang membawamu kesini, tapi jangan tolak aku, Persephone. Aku benar benar
menginginkanmu sampai aku mati, jika saja aku bisa mati.” Ia memohon padaku.
Aku
benar benar bingung. Hades? Menginginkanku? Apa yang dia maksud.. dia
mencintaiku pada pandangan pertama? Itu sangat gila! Bagaimanapun, Eros ada
dibalik ini semua, aku akan mematahlan sayapnya kalau aku bertemu lagi
dengannya. Aku bersumpah. Tiba tiba aku tersentak, bagaimana dengan ibuku?
Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri? Zeus, lindungilah ibuku. Aku tak mampu
membendung kesedihanku. Air mataku mulai menetes dan mengalir. Hades terkesiap
dan tidak menduga kalau aku akan bersikap seperti ini. Ia duduk di tepi ranjang
dan meletakan dwi sulanya di dekat meja. Ia mengulurkan tangannya padaku,
mengusap air mataku dan membelai lembut wajahku.
“Demi
Khaos, kau sungguh cantik Persephone.Berhentilah membuang air matamu. Aku tak
mau kau terus bersedih” berkali kali ia bisikan kata itu. Hades mengecup pipiku
dengan bibir merahnya. Aku terkesiap dan menarik wajahku dari jangkauan bibir
dinginnnya.
“Aku
masih tak mengerti. Tolong tinggalkan aku. Aku tak mau melihat wajahmu!”
Hades
tersenyum kecut. Aku tahu aku telah melukai perasaannya. Tapi apa peduliku? Di
sudah dengan egoisnya menculikku dan membawaku ke dunianya. Aku tak peduli
dengannya. Aku kembali menangis. Hades hanya terdiam melihatku menangis dan
mengusap kepalaku saat aku mulai berhenti menangis. Aku masih tersengguk saat
ia mulai membuka mulutnya, “Persephone, aku mengerti kau masih sangat marah
padaku. Maafkan aku,sungguh. Aku mencintaimu. Tolong terimalah aku suatu hari
nanti.”
Aku
diam saja dan menolak menatap matanya. Hades membuang nafas dan melepas
tangannya dari kepalaku.dia mengalihkan pandangannya dan menerawang jauh. Entah
apa yang ia pikirkan, aku tak faham.Rahangnya yang terpahat sempurna sedikit
mengeras dan mengencang. Marahkah ia? tiba tiba dia bangkit dari ranjang dan
terdiam sebentar. Aku tak dapat melihat ekspresi wajahya karena ia berdiri memunggungiku.
“Baiklah.
Aku takkan akan memaksamu sekarang. Nikmati waktu istirahatmu. Anggaplah kau
berada di rumahmu sendiri. Panggil aku bila kau menginginkan sesuatu.”
“aku
ingin pulang, Hades. Kumohon”
“aku
bisa mengabulkan segala permintaanmu. Tapi tolong jangan minta yang satu itu.
Aku tak mau melepaskanmu.”
“Kau
benar benar makhluk yang mengerikan, Hades. Egois dan tidak berperasaan.”
“Inilah
aku Persephone. Jiwaku telah mati karena terlalu lama berada di Tartarus. Tapi
kau telah membangkitkan gairah hidupku. Dan aku takkan melepaskanmu dari
genggamanku.”
Setelah
berkata seperti itu ia langsung berjalan menuju pintu, keluar dan menutup pintu
itu. Aku kembali sendirian. Gelombang kesedihan melanda tubuhku. Menggulungku
dalam pekatnya keputus asaan. Aku tak tahu apa yang harus aku perbuat.
Bagaimana
keadaan ibuku? Aku menyesal sekali pergi terlalu jauh dan tidak mengindahkan
nasihat ibuku. Apakah dia pergi mencariku? Oh, aku sungguh merindukannya. Apakah
Moure memberitahu apa yang terjadi pada ibuku? Tahukah mereka kemana aku
dibawa? Aku kembali menangis sembari memeluk bantal yang ada. Aku terus
menangis histeris. Pikiranku sungguh kalut.
Bisakah aku kembali ke dunia atas?
Bisakah aku kembali ke dunia atas?
*****
To be continued :)
0 komentar
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :)